Powered By Blogger

Rabu, 24 November 2010

Menelitik Sejarah Kerajaan Pelalawan



Wilayah kerajaan pelalawan yang sekarang menjadi kabupaten pelalawan,berawal dari kerajaan pekantua yang didirikan oleh maharaja indera (sekitar tahun 1380 M). Beliau adalah bekas orang besar kerajaan temasik (singapura), setelah kerajaan temasik dikalahkan oleh majapahit dipenghujung abad XIV, Sedangkan Raja Temasik terakhir yang bernama Permaisura (prameswara) mengundurkan dirinya ke tanah semenanjung,dan mendirikan Kerajaan Malaka.
Maharaja Indera (1380-1420) membangun Kerajaan Pekantua di Sungai Pekantua (anak sungai Kampar,sekarang termasuk Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan) pada tempat bernama “ Pematang Tuo” dan kerajaannya dinamakan “Pekantua&rdquo.

Setelah Maharaja Indera, Kerajaan Pekantua di pimpin oleh Maharaja Pura (91420-1445 M) dan Maharaja Jaya (1480-1505 M). Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah PP (1459-1477 M) menyerang Kerajaan Pekantua dan Kerajaan Pekantua dapat dikalahkan. Selanjutnya Sultan Mansyur Syah (1505-1511 M) sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penabalan, di umumkan bahwa Kerajaan Pekantua berubah nama menjadi “ Kerajaan Pekantua Kampar & ldquo;.

Setelah Munawar Syah Mangkat, di angkatlah Puteranya Raja Abdullah, Menjadi Raja Pekantua Kampar (1511-1515 M). Di malaka, Sultan Mansyur Mangkat, di gantikan oleh Sultan Mahmud Syah I. Pada masa inilah Kerajaan Malaka diserang dan dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Mahmud Syah I mengundurkan dirinya sekitar tahun 1526 M sampai ke Pekantua Kampar. Raja Abdullah (1511-1515 M), yang turut membantu melawan Portugis akhirnya tertangkap dan di buang ke Gowa. Oleh karena itulah, Ketika Sultan Mahmud Syah I sampai di pekantua (1526 M) langsung dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar (1526-1528 M ) dan ketika beliau mangkat diberi gelar “Marhum Kampar” yang makamnya terletak di Pekantua Kampar. Sultan Mahmud Syah I mangkat digantikan oleh puteranya dari isterinya Tun Fatimah, yang bernama Raja Ali, bergelar “Sultan Alauddin Riayat Syah II &ldquo. Tak lama kemudian beliau meninggalkan Pekantua ke Tanah Semananjung mendirikan Negeri Kuala Johor, beliau dianggap pendiri Kerajaan Johor. Sebelum meninggalkan Pekantua, beliau menunjuk dan mengangkat Mangkubumi Pekantua (1530-1551 M) yang bernama Tun Perkasa dengan Gelar “Raja muda Tun Perkasa &ldquo. Selanjutnya kerajaan Pekantua Kampar diperintah oleh Tun Hitam (1551-1575 M), lalu Tun Megat (1575-1590 M).

Ketika kerajaan Johor dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Syah (cucu Sultan Alauddin Riayat Syah II, Raja Pekantua Kampar), Tun Megat di Kerajaan Pekantua Kampar untuk menjadi raja. Sultan Abdul Jalil Syah mengabulkan permintaan Tun Megat, lalu mengirimkan salah seorang keluarga dekatnya yang bernama Raja Abdurrahman untuk menjadi Raja Pekantua Kampar. Sekitar tahun 1590 M, Raja Abdurrahman dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar dengan gelar &ldquo Maharaja Dinda&rdquo (1590-1630 M).

Selanjutnya, beliau memindahkan pusat kerajaan Pekantua Kampar dari Pekantua (Pematang Tuo) ke Bandar Tolam (Sekarang menjadi Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan). Ketika Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691 M) mangkat digantikan oleh Putranya Maharaja Muda Lela (1691-1720 M), yang kemudian digantikan oleh putranya Maharaja Dinda II (1720-1750 M). pada masa Maharaja Dinda II sekitar tahun 1725 M terjadi pemindahan pusat Kerajaan Pekantua Kampar ke Sungai Rasau, salah satu anak sungai kampar, dan nama Kerajaan “ Pekantua Kampar &ldquo diganti menjadi kerajaan & ldquo;PELALAWAN&rdquo. Didalam upacara itu, gelar beliau yang semula Maharaja Dinda II di sempurnakan menjadi Maharaja Dinda Perkasa atau disebut Maharaja Lela Dipati. Setelah beliau mangkat, digantikan oleh puteranya Maharaja Lela Bungsu (1750-1775 M), yang berhasil membuat kerajaan Pelalawan semakin berkembang pesat karena membuat hubungan dagang dengan daerah sekitarnya. Ramainya Perdagangan dikawasan ini antara lain disebabkan oleh terjadinya kemelut di Johor, setelah Sultan Mahmud Syah II di Kerajaan Johor mangkat, arus perdagangan beralih ke kawasan Pesisir Sumatera bagian timur. Sultan Mahmud Syah II mangkat di bunuh oleh Laksemana Megat Srirama yang tidak berputera, maka penggantinya diangkat Bendahara Tun Habib menjadi Raja Johor yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Tak lama datang Raja Kecil yang menuntut Tahta Johor, karena beliau mengaku sebagai Putra Sultan Mahmud Syah II dengan istrinya yang bernama Encik Pong. Mengenai Raja Kecil ini terdapat berbagai versi, ada yang mengakuinya sebagai putra Sultan Mahmud Syah II dan ada yang menolaknya. Tetapi para pencatat sejarah dan silsilah di Kerajaan Siak dan Pelalawan tetap mengakuinya bahwa beliau adalah putra Sultan Mahmud Syah II. Raja Kecil menduduki tahta Johor bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. Tetapi kemudian terjadi pertikaian dengan iparnya, Raja Sulaiman, putra Sultan dan bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (1722-1760 M). sedangkan Raja Kecil yang menduduki tahta Johor sebelumnya (1717-1722 M) mengundurkan dirinya ke Siak, kemudian membuat negeri di Buatan. Inilah awal berdirinya kerajaan Siak Sri Indrapura, Raja Kecil memerintah Siak tahun (17722-1746 M). Kerajaan Pelalawan yang telah melepaskan diri dari ikatan Kerajaan Johor, diserang oleh Kerajaan Siak pada masa Sultan Syarif Ali (1784-1811 M). Serangan yang dipimpin oleh Said Abdurrahman, adik Sultan Syarif Ali dapat menaklukkan kerajaan Pelalawan. Sultan Said Abdurrahman melakukan ikatan persaudaraan yang disebut “Begito&rdquo (pengakuan bersaudara dunia akhirat) dengan Maharaja Lela II, Raja Pelalawan pada saat itu. Said Abdurrahman kemudian dinobatkan menjadi Raja Pelalawan dengan gelar Sultan Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822 M). sejak itu kerajaan Pelalawan diperintah oleh raja-raja keturunan Said Abdurrahman, saudara dari Syarif
Ali Sultan Siak, sampai kepada Raja Pelalawan terakhir.
1.      Syarif Abdurrahman (1798-1822 M)
2.      Syarif Hasyim (1822-1828 M)
3.      Syarif Ismail (1828-1844 M)
4.      Syarif Ismail (1844-1866 M)
5.      Syarif Ja’afar (1866-1872 M)
6.      Syarif Abubakar (1872-1886 M)
7.      Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 M)
8.      Syarif Hasyim II (1892-1930 M)
9.      Tengku Said Osman (Pemangku Sultan) (1930-1941 M)
10.  Syarif Harun (1941-1946 M)
Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia, Tengku Said Harun bersama orang besar Kerajaan Pelalawan menyampaikan pernyataan taat setia dan bersatu dalam Negara Republik Indonesia yaitu pada tanggal 20 Oktober 1945. Setelah mangkat, atas jasa-jasanya beliau diberi gelar “Marhum Setia Negara&rdquo.

Sumber
http://www.pelalawankab.go.id/modules/news/dspFPDF.php?printID=22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar